Surat Edaran Kemdikbud tentang Pakaian Kerja Pegawai Tertanggal 26 Januari 2016
Kemdikbud telah mengeluarkan surat edaran Nomor 1051/A.A6/SE/2016 mengenai Pakaian Kerja Pegawai dilingkungan internal Kemdikbud.
Dalam rangka peningkatan keteraturan, ketertiban dan integritas dan juga kerapian berpakaian pegawai Kemdikbud diperlukan pengaturan mengenai Pakaian Kerja Pegawai.
Dan berhubungan dengan hal tersebut, maka pakaian seragam kerja dilingkungan internal Kemdikbud diatur sebagai berikut ini:
- Hari Senin dan Kamis: Pakaian atasan berwarna putih dengan lengan panjang dan bawahan berwarna hitam/biru dongker ( warga gelap).
- Hari Rabu dan Jumat: Pakaian Batik
- Hari Selasa Minggu 1 dan 2: Pakain bebas rapi, tidak menggunakan jeans, bukan kaos, t-shirt dan tidak diperkenankan mengenakan sepatu kets, sandal.
- Upacara bendera: Upacara yang menggunakan baju Korpri, bawahan menggunakan celana/rok warna biru dongker dan wajibkan memakai peci dan lencana Tut Wuri Handayani.
Setiap pegawai diwajibkan menggunakan tanda pengenal sesuai Permendikbud no 56 tahun 2015 mengenai tanda pengenal pegawai di lingkungan internal Kemdikbud.
Melalui edaran tersebut, diharapkan semua pegawai dilingkungan internal Kemdikbud harap melaksanakan aturan ini.
Klau hari senin pkai bju putih hitam. Upcara kan hari senin?? Trus kudu ganti baju korpri gtu?? Ribet yaaa..
ReplyDeletesiap
ReplyDeleteHarus patuh tu
ReplyDeleteHarus patuh tu
ReplyDeleteIni buat guru
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSiap juragan. Kumaha anjeun we lah. Punten, pang peserkeun atuh acukna, lancingan sakantenan, tambih peci, kade hilap lencana oge. Eh enya hiji deui, sapatuna :)
ReplyDeleteGak terpakai am baju olahraga, coba hari senin z pke hitam putih, kamis batik
ReplyDeleteSiap..... hari senin Minggu ke 2 pke baju renang yach
ReplyDeleteLah klo selasa mnggu 3 dan 4 pake apa donk? Hansip, khaki sma bju olah raga kaga' kepake donk..
ReplyDeleteIni pkaian srgam aja dikit2 ganti mulu'..
ikut ajalah lawong kita diatur kok...kalaus emuanya ngatur ...nggak puas terus apa jadinya. kalau mau selera sendiri yo pake seragam rumah tangga to...
ReplyDeletePekok
DeletePekok
Deleteseharusnya jika membuat aturan harus dipikir dahulu secara bijaksana, jangan malah menyusahkan. contoh kasus di Lombok Barat, baru awal Januari 2016 seluruh guru di Lombok Barat diminta membuat baju Linmas (hijau) untuk dipakai setiap hari Senin.Kami para guru di sana sudah membeli kain dan menjahitnya kira-kira biayanya sekitar 400 ribu rupiah yang termurah. Baru kami pakai 2 kali saja kok sudah mau ditiadakan. terus apa gunanya seragam Linmas yang baru jadi itu? apakah harus kami sumbangkan ke negara lain biar berguna?
ReplyDeleteResiko jadi pegawai ya harus saat keputusan atasan walaupun terasa berat jalani saja semeton
ReplyDeletegk apa2, yg penting gaji naik coy
ReplyDelete.............. ???
ReplyDeleteUpload surat edaranya dong mau di cetak n di tempel di sekolah biar guru2 pada percaya...
ReplyDeleteUpload surat edaranya dong mau di cetak n di tempel di sekolah biar guru2 pada percaya...
ReplyDeleteTerlalu boayak aturan ........masih banyak yang harus dibenahi dan dipikirkan .......nambh lagi mikirin baju ,,,,,,yang harus dipikirkan kan tu bagaimana anak bangsa di didik biar cerdas .......
ReplyDeleteapalah apalh banget ini peraturan...
ReplyDeleteBapak Ibu guru. Seragam pakaian baru Kemdikbud dimaksud, bukanlah untuk para guru PNSD yang notabene PNS Daerah dibawah binaan Pemerintah Kabupaten /Kota melalui Dinas Pendidikan setempat yang mengacu pada peraturan Mendagri. Jadi seragam pakaian baru Kemdikbud tsb ditujukan untuk PNS (pusat) di lingkungan internal kantor Kemdikbud sendiri.
ReplyDeleteBERARTI PAK PEPI JOHANSYAH, YANG MEMAKAI SERAGAM ITU HANYA DILINGKUNGAN KANTOR KEMETRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SAJA,,, BUKAN DI SEKOLAHAN PAK?
DeleteWah, salah memberi info dech. Makanya baca baik-baik dulu he..he.. Terima kasih atas informasinya.
ReplyDeleteKwalitas pns Indonesia memang baru pada tahap pakaian seragam, karena memang itu yang paling mudah dilakukan.Hampir sama dengan budaya kalau anak selalu sakit-sakitan maka langsung ganti namanya. Pergantian kurikulum yang diganti nama dan istilah-istilah di dalamnya, isinya sama saja.
ReplyDeleteShippppzzz
ReplyDelete